Archimedes
lahir pada tahun 287 Sebelum Masehi di suatu kota pelabuhan Syracuse, Sicily
(sekarang Italia). Dalam masa mudanya, Archimedes diperkirakan mendapatkan
pendidikannya di Alexandria, Mesir.
Kisah tentang Archimedes yang banyak diceritakan
oleh orang adalah kisah saat Archimedes menemukan cara dan rumus untuk
menghitung volume benda yang tidak mempunyai bentuk baku. Pada tahun 260 SM,
Archimedes, pemuda 26 tahun, mempelajari astronomi dan geometri di Syracuse,
Sisilia. Suatu hari Archimedes dibuat bingung oleh empat anak lelaki yang
bermain di pantai dengan sebuah papan pelampung. Mereka mengimbangkan papan itu
di atas batu setinggi pinggang. Salah satu anak menunggang di ujung papan
dengan kaki mengangkang, sementara tiga temannya melompat naik di atas yang
lain. Seorang anak dilempar ke udara. Archimedes kagum. Dia memutuskan untuk
memahami prinsip-prinsip yang membuat dengan begitu mudahnya bobot yang kecil
(satu anak) mengangkat berat yang lebih besar (tiga anak). Archimedes
menggunakan sepotong kayu dan balok kayu kecil untuk meniru anak-anak itu. Dia
membuat balok segitiga untuk meniru batu mereka. Dengan menghitung ketika ia mengimbangkan
kombinasi berat yang berbeda dari masing-masing ujung tuas. Tuas berasal dari
kata Latin yang artinya “mengangkat”), Archimedes menyadari bahwa tuas adalah
contoh dari salah satu kerja ukuran Euclid. Kekuatan yang menekan ke bawah pada
masing-masing sisi tuas harus sebanding dengan panjang papan pada masing-masing
sisi diukur dari titik keseimbangannya. Dia telah menemukan konsep matematis
tuas, sistem pengangkat paling umum dan mendasar yang pernah ditemukan.
Lima belas tahun kemudian, pada 145 S.M,
Archimedes diperintah Raja Heiron untuk menyelidiki apakah pandai emas telah
menipu raja itu. Heiron telah memberi tukang itu emas dengan bobot tertentu dan
menyuruhnya membuat mahkota dari emas murni. Meskipun mahkota itu beratnya sama
persis dengan emas semula, raja menduga bahwa pandai emas itu membungkus logam
yang lebih murah dengan lapisan-lapisan tipis emas. Archimedes diperintahkan
untuk mengetahui apakah mahkota tersebut adalah emas murni tanpa merusak
mahkota itusendiri. Hal itu terlihat seperti tugas yang mustahil. Di dalam
sebuah bak mandi umum, Archimedes memperhatikan lengannya yang mengapung di
atas permukaan air. Sebuah gagasan samar-samar mulai terbentuk dalam
pikirannya. Dia menarik lengannya dengan sepenuhnya ke bawah permukaan air. Kemudian
ia kendurkan dan lengan itu mengapung kembali. Ia berdiri di dalam bak mandi.
Permukaan air itu turun di sekeliling sisi bak mandi. Ia kembali duduk.
Permukaan air naik. Ia mengambang di atas air. Air itu naik lebih tinggi, dan
ia menyadari bahwa ia merasa lebih ringan. Ia berdiri. Permukaan air itu surut
dan ia merasa lebih berat. Air harus menekan tubuhnya yang terendam air ke atas
untuk membuat tubuhnya terasa lebih ringan. Ia membawa sebuah batu dan balok
kayu berukuran hampir sama ke dalam bak dan menenggelamkan keduanya. Batu itu
tenggelam, tapi terasa lebih ringan. Ia harus menekan kayu tersebut untuk
menenggelamkannya. Itu artinya, air tersebut menekan ke atas dengan kekuatan
yang berkaitan dengan ukuran air ditempati benda tersebut (ukuran benda)
daripada berat benda itu. Seberapa terasa berat benda itu di dalam air
berkaitan dengan kepadatan benda itu (seberapa banyak satuan volume beratnya).
Hal
itu memperlihatkan kepada Archimedes bagaimana menjawab pertanyaan sang raja. Karena terlalu
gembira dengan penemuannya ini, Archimedes melompat keluar dari bak
mandinya, lupa berpakaian terlebih dahulu, berlari keluar ke jalan dan
berteriak ”EUREKA!” atau ‘Saya menemukannya’ . Ia kembali menghadap raja. Kuncinya adalah kepadatan. Jika
mahkota itu terbuat dari beberapa logam selain emas, berat mahkota itu mungkin
bisa sama tetapi akan mempunyai kepadatan yang berbeda dan dengan demikian
menempati volume yang berbeda. Mahkota itu dan sebongkah emas berbobot
dimasukkan ke dalam semangkuk air. Mahkota tersebut menempati ruang di air
lebih banyak dan hal tersebut memperlihatkan adanya penipuan.
Yang
lebih penting, Archimedes menemukan prinsip gaya apung: air menekan sebuah
benda ke atas dengan kekuatan yang sebanding dengan banyaknya air yang
ditempati benda tersebut.Tuas dan gaya apung yang ditemukan oleh Archimedes
merupakan dua prinsip fundamental yang mendasari seluruh keahlian teknik dan
ilmu fisika. Archimedes menemukan tuas dan gaya apung ini pada tahun 260 SM.
Konsep daya apung dan tuas adalah dasar seluruh dasar ilmu pengetahuan
kuantitatif dan keahlian teknik. Keduanya adalah terobosan awal manusia dalam
memahami relasi dunia fisik di sekitarnya dan cara matematis untuk menjelaskan
fenomena tersebut. Penemuan itu mendukung banyak kemajuan teknis dan ilmiah
hingga sekarang.
Kisah lainnya dari
Archimedes adalah kisah kematiannya. Raja Hiero II kala itu terikat perjanjian
dengan bangsa Romawi. Syracuse harus mengirimkan gandum dalam jumlah yang besar
pada bangsa Romawi, agar mereka tidak diserang. Hingga pada suatu ketika Hiero
II tidak mampu lagi mengirim gandum dalam jumlah yang ditentukan. Karena itu
Archimedes ditugaskan merancang dan membuat kapal jenis baru untuk memperkuat
angkatan laut raja Hiero II.
Selama perang dengan bangsa Romawi, yang dikenal dengan perang punik kedua, Archimedes kembali berjasa besar. Archimedes mendesain sejumlah alat pertahanan untuk mencegah pasukan Romawi di bawah pimpinan Marcus Claudius Marcellus, merebut Syracuse.
Saat armada Romawi yang terdiri dari 120 kapal mulai tampak di cakrawala Syracuse. Archimedes berfikir keras untuk mencegah musuh merapat dipantai. Archimedes kemudian mencoba membakar kapal-kapal Romawi ini dengan menggunakan sejumlah cermin yang disusun dari perisai-perisai prajurit Syracuse. Archimedes berencana untuk membakar kapal-kapal musuh dengan memusatkan sinar matahari. Namun rencana ini tampaknya kurang berhasil. Hal ini disebabkan untuk memperoleh jumlah panas yang cukup untuk membakar sebuah kapal, kapal tersebut haruslah diam.
Walaupun hasilnya kurang memuaskan, dengan alat ini Archimedes berhasil menyilaukan pasukan Romawi hingga mereka kesulitan untuk memanah. Panas yang ditimbulkn dengan alat ini juga berhasil membuat musuh kegerahan, hingga mereka lelah sebelum berhadapan dengan pasukan Syrcuse.
Saat musuh mulai mengepung pantai Syracuse, Archimedes kembali memutar otak. Tujuannya kali ini adalah mencari cara untuk menenggelamkan kapal-kapal Romawi ini. Archimedes kemudian menciptakan alat yang disebut cakar Archimedes. Alat ini bentuknya mirip derek pada masa kini. Setelah alat ini secara diam-diam dikaitkan ke badan kapal musuh, derek ini kemudian ditarik. Akibanya kapal musuh akan oleng, atau bahkan robek dan tenggelam.
Selain kedua alat ini Archimedes juga mengembangkan ketapel dan balista untuk melawan pasukan Romawi. Namun sayangnya walaupun didukung berbagai penemuan Archimedes, Syracuse masih kalah kuat dibandingkan pasukan Romawi. Archimedespun akhirnya terbunuh oleh pasukan Romawi. Saat tewas Archimedes sedang mengerjakan persoalan geometri dengan menggambarkan lingkaran-lingkaran di atas tanah. Sebelum dibunuh ia meneriaki pasukan Romawi yang lewat "Jangan ganggu lingkaranku!!!
Buku-buku yang ditulis oleh Archimedes dan
berisikan rumus-rumus matematika masih dapat ditemukan sekarang, antara
lain On the Equilibrium of Planes, On the Measurement of a
Circle, On Spirals, On the Sphere and the Cylinder dan
lain sebagainya. Teori-teori matematika yang dibuat oleh Archimedes tidak
berarti banyak untuk perkembangan ilmu pengetahuan saat Archimedes
meninggal. Tetapi setelah karyanya di terjemahkan ke dalam bahasa Arab pada
abad 8 dan 9 (kurang lebih 1000 tahun setelah Archimedes meninggal),
beberapa ahli matematika dan pemikir Islam mengembangkan teori-teori
matematikanya. Tetapi yang paling berpengaruh terhadap perkembangan dan
perluasan teori matematika tersebut adalah pada abad 16 dan 17, dimana pada
abad itu, mesin cetak telah ditemukan. Banyak ahli matematika yang menjadikan
buku karya Archimedes sebagai pegangan mereka, dan beberapa ahli
matematika tersebut adalah Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo
Galilei (1564-1642).